EKSISTENSI RISET KUALITATIF
1. Hakekat Riset Kualitatif
Istilah research berarti proses sistematis bersifat inkuiri atau pencarian dan penemuan pembenaran mengenai sesuatu atau serineg disebut penelitian. Hakekat riset kualitatif ini mencakup dasar filosofis riset kualitatif dalam pengembangan ilmu dan profesi. Definisi dan cirri-cirinya serta alasan keberadaannya dalam pengembangan ilmu dan profesi. Dan dipaparkan pula gambaran keadaan sekarang riset kualitatif dalam berbagai bidang ilmu khususnya sosiologi, psikologi, profesi pendidikan dan bimbingan konseling.
a. Pengembangan Ilmu dan Profesi.
Pengembangan Ilmu dan Profesi merupakan proses upaya pengayaan konsep dan konstruk dan proposisi, atau pencermatan yang sudah ada, untuk menemukan kebenaran ilmiah baru, yang bermuara pada peningkatan kualitas ilmu dan efektifitas profesi. Untuk itu, dilakukan riset dengan berbagai metode. Terdapat dua pilihan metode riset, kuantitatif dan kualitatif. Riset kualitatif banyak digunakan dalam ilmu social, terutama dalam sosiologi, antropologi dan psikologi. Akan tetapi yang banyak digunakan adalah riset kuantitatif,ini disebabkan karena kecenderungan keilmuan social dan keahlian bidang profesi untuk menunjukkan sifat-sifat saintifik menurut kritreria objektifistik dan mengutamakan obyek studi yang dapat diukur.
Penulis menyiratkan keyakinan adanya perbedaan antara kualitatif dan kuantitatif yang periu dipahami. Yakni tegas dikatakan Maxwell bahwa pemahaman mengenai perbedaan-perbedaan itu dalam hal logika, dan implikasinya pada kekuatan dan keterbatasan relatif dari kedua pendekatan, adalah penting untuk pemakaian secara produktif dari kedua pendekatan tersebut.
Namun dalam bab ini, tidak bermaksud menguraikan secara mendalam kekuatan dan kelemahan masing-masing ancangan. Tujuan dari bab ini semata-mata menunjukkan perbedaan filosofi kuantitatif dan kualitatif yang menjadi dasar pendeskripsian karakteristik riset kualitatif(pada Bab III).
Filosofi pertama secara umum meyakini hakekat realitas sesuatu, termasuk hakekat dan kehidupan manusia, adalah benda atau kebendaan konkret yang relatif konstan. Karenanya, focus studinya(epistemology) adalah wujud konkret sesuatu benda dan pengaruh benda satu terhadap yang lain. Metode digunakan guna memperolah kebenaran segala sesuatu adalah melalui pembatasan realm menjadi variable, konstante, objektifikasi, konkretisasi, pengukuran secara pasti sesuatu, dan control. Psikis dan jiwa manusia misalnya dikonkretkan berupa tingkah laku tang teramati dan terukur. Dan dijadikan kuantifikas atau angka-angka. Dan metodenya dilabelkan dengan riset kuantitatif.
Filosofi kedua meyakini hakekat realitas(ontology), terutama eksistensi dan kehidupan manusia adalah ide-ide yang berkemauan bebas, didominasi pengahaytan subyek, senantiasa dalam proses menjadi, dinamis dan tidak konstan.Kerena itu, proses studinya adalah proses, dinamika dari penghayatan subyekitu sendiri, dan untuk mengetahui realitas itu adalah melalui mengahayti pengahayatan subyek dan memahami pemahaman subyek sendiri. Dalam khazanah riset keilmuan, metode ini disebut riset kualitatif.
b. Apa itu Riset Kualitatif?
Secara harfiah berarti kualitas(baik-buruk), tataran(tinggi-rendah), kadar(banyak-sedikit) sesuatu fenomena, peristiwa atau kejadian. Menurut J.Taylor dan Robert Bodan bahwa” metode kualitatif menunjuk pada pengertian luas yaitu riset yang menghasilkan data deskriptif, kata-kata yang ditulis atau yang diucapkan orang dan perilaku yang diamati.”
Sedangkan Roger Dones menunjukkan sifat interpretif dan naturalistic pada riset kualitatif dengan ungkapan” riset kualitatif menempuh pendekatan interpretif dan naturalistic terhadap subyek kajiannya, para periset kualitatif mengkaji sesuatu di dalam latar naturalnya, berusaha member arti fenomena menurut makna yang orang-orang berikan terhadap fenomena yang bersangkutan”.
Definisi lain yang membedakan riset kulitatif dan kuantitatif adalah riset kualitatif sering berupaya menjawab dari sebuah pertanyaan daripada menguji hipotesis. Sedangkan definisi deskriptif mengenai riset kualitatif menyertakan berbagai tipe, jendre dalam rumusa, salah satunya adalah riset yang berfokus pada data bukan angka, dan memakai teknik dan pendekatan seperti analisis isi, percakapan, teori kritik, dekonstruksi etnometodologi, teori grounded, interview, sosisologi pengetahuan dan pemahaman empatik(verstehen).
Di samping itu, Norman K. Denzin dan Yvonna S. Lincoln(2000) mengungkapkan “riset kualitatif melibatkan pengkajian yang memanfaatkan dan mengumpulkan berbagai material empiric melalui studi kasus, pengalaman pribadi, instrospeksi, kisah hidup, wawancara, benda-benda purbakala, teks teramati, historis, interaksional dan tes visual”.
Ada pula definisi riset kualitatif dalam psikologi yang lebih memfokuskan perhatian pada rangkaian aktivitas penafsiran dan pemaparan, namun masih terbuka aplikasinya.Riset kualitatif dalam psikologi adalah:
a. suatu upaya menangkap kesan.
b.suatu penjajakan, pengungkapan luas dan sistematisasi suatu arti dari fenomena yang teridentifikasi.
c. Suatu pemaparan bersifat penjelas mengenai makna suatu isu yang telah dibatasi ruang lingkupnya.(Banister, dkk,1994:3)
Definisi Banister ini, tentu tidak terbatas pada riset psikologi. Bisa digunakan oleh sosiolog,dan guru BK. Sebagai contoh guru BK, yang berniat mengetahui taraf keakraban para muridnya, maka sang guru bergaul dengan kelompok muridnya, berdiskusi, bercengkrama dan melakukan pengamatan langsung, setelah itu melakukan pencatatan kata-kata dan tindakan murid yang kemudian menafsirkan maknanya. Dalam kasus ini guru telah melakukan riset kualitatif.
Akan tetapi bidang kajian ilmuwan dan kaum professional adalah lebih luas daripada yang diilustrasikan di atas. Dan untuk dapat disebut sebagai riset kaulitatif juga harus memenuhi prasyarat mereka(peneliti) sadar berniat menemukan kebenaran ilmiah mengenai fenomena subyek dalam ranah kerja masing-masing. Dan juga mereka harus menggunakan kepekaan, imajinasi, intuisi, dan kreativitas masing-masing dan melakukan analisis secara sistematis.
c. Mengapa Riset Kualitatif?
Terdapat dua alasan mengapa praktisi dan ilmuwan social melakukan Riset Kualitatif :
a. Alasan Praktis
Menurut Michael D. Myers motivasi untuk melakukan riset adalah bersumber dari pengamatan, adanya sesuatu yangmembedakan manusia dari alam(dunia fisik), yaitu bahwa kemampuan kita untuk berbicara. Metode ini dirancang untuk membantu periset memahami orang dan konteks social dan cultural dalam mana mereka hidup.
b. Alasan Idealis
Secara idealis, riset ini menduduki peranan penting dalam pengembangan disiplin ilmu social dan profesi. Yakni dalm mengeksplorasi,mendeskripsikan dan menjelaskanbanyak fenomena manusia, baik kehidupan social maupun pribadi. Riset ini merupakan suatu keharusan, sangat niscaya adanya, terutama jika dilandasi filosofi eksistensi manusia.
Apa landasan filosofinya?
Hakekat manusia adalah makhluk hidup dan bukanlah benda yang reaktif terhadap lingkungan sekitarnya. Manusia adalah makhluk aktif dan kreatif, lebih teologis, sadar tujuan, dinamis, berproses dan tidak pernah konstan. Selain itu juga manusia memiliki keutuhan atau totalitas(gestalt)baik secara pribadi, social ataupun makhluk religius.Hingga akhirnya riset kualitatif mampu menangkap realitas empiric sesungguhnya yang tidak terkonstruksi secara tetap sebelumnya
2. Riset Kualitatif dalam Berbagai Bidang
a. Bagaimana Riset Kualitatif dalam Ilmu Sosial?
Dalam ilmu social, riset inoi berfungsi menemukan pola-pola keteraturan dalam kehidupan social dan mengurusi kelompok social. Lewis mengisyaratkan bahwa jika dikelola dengan baik, riset ini memberikan penjelasan unik mengenai kehidupan manusia dan memberikan pemahaman mendalam mengenai masyarakat.
Ruang lingkup ilmu social cakupannya dari kebijakan umum diteruskan kepada sector privat bersifat terapan dan akademis. Selain itu terdapat pula tujuh paradikma dalam riset ilmu social yaitu : paradigma konflik(kemampuan beberapa kelompok dalam mendominasi pihak lain), paradigma etnometodologi ( mengkaji fenomena yang menggambarkan bagaimana orang-orang memberikan arti kehidupansosial dalam proses mereka di dalamnya), paradigma feminisme( mengkaji bagaimana laki-laki mendominasi masyarakat yang mengatur kehidupan social), paradigma darwinisme ( mengkaji tentang evolusi progresif manusia dalam kehidupan social), paradigma positivisme (semua kaidah yan mencakup kehidupan social dapat diteliti), paradigma structural fungsional( mengkaji fenomena social dengan focus apa fungsi-fungsi berbagai unsur yang membentuk system social dalam keutuhan system), dan paradigma interaksionisme simbolik( mengkaji bagaimana pemaknaan bersama anggoat masyarakat dan pola-pola social berkembang dalam aktivitas interaksi social).
Berbeda dari pandangan tersebut, George Ritzer merumuskan tiga paradigma (khusus pada sosiologi), yakni social facts(mencakup sejumlah perspektif teori, missal structural fungsional,konflik dan system social, focus kajiannya dalam lembaga social berskala besar. Dismping itu juga,dampak fenomena struktur itu terhadap pemikiran dan tindakan individu). Paradigma definisi social(akar teori Max Weber, meyakini bahwa dalam aksi social para actor mendefinisikan situasi social mereka dan dampak definisi itu dalam keberlangsungan tindakan dan interaksi). Yang ketiga adalah Social Behavior (berakar pada pandangan ahli psikologi behavioral yakni Burrnus Federic Skinner,reinforce membangkitkan tingkah laku, dan punishment menghambat tingkah laku, sehinnga metode yang khas digunakan adalah eksperimen). Realitas social itu pada dasarnya subyektif, berisi penafsiran actor atau perilaku social atas individu sendiri dan situasi dalam mana individu berada.
b. Bagaimana Riset Kualitatif dalam Psikologi?
Berkembangnya riset ini berawal dari keadaan krisis (1960-an), perkembangan psikologi dipenuhi proposisi dann teori dari hasil penelitian Angka-angka. Ditinjau secara luas, keadaan krisis menunjuk pada keadaan genting di mana terjadi kekaburan orientasi yakni dasar dan arah penjelasan keilmuan, banyak terjadi perbedaan pandangan dan perselisihan. Di samping itu, tampillah pruralitas dan marak bermunculan kritik(kegiatan yang didasari berbagai keraguan, ketidakpercayaan, dan pertentangan pendapat).Alexa Hepburn mengorganisasikna kritik selaku penanda krisis dalam tiga tema luas yakni
1. The critique of individualism (dipicu oleh orientasi psikologi social bergerakk kembali ke arah menerapkan penjelasan kognitif yang lebih individual)
2. The critique of methods (kegiatannya didorong oleh kerisauan, focus metode rist yang makin menyempit dan ketidaklayakannya untuk memahami aktivitas manusia)
3. The critique of theoritical (didorong oleh kerisauan lepasnya strutur social yang lebih luas dari riset psikologi social).
Menyadari bahwa psikologi tidak dapat bertahan dengan paradigma lama yang mengalami krisis pada tahun 1960-1970-an, yang ditandai bermunculan bahwa mustahillah bekerja dengan cara menekan atau membatasi interpretasi. Oleh karena itu dikembangkanlah riset kualitatif, sehingga memunculkan paradigma baru yang dicekoki oleh konsepsi ilmu positivistic yang berusaha menemukan hukum-hukum yang mereka pikir ditentukan oleh hubungan-hubungan sebab-akibat dan keasyikan bekerja dengan variable-variabel bebas dan bergantung dalam psikologi adalah suatu wujud keberpegangan pada positivistic(lih. Banister,dkk,1994:4-8).
Realitas psikis terhadap manusia (tingkah laku, perasaan) memiliki fenomena yang tidaklah jelas tapal batasnya. Oleh karena itu, riset kualitatif muncul kembali menawarkan jalan pemahaman lebih bijak. Dengan kata lain, salah satu alasan kemunculan kembali kesadaran akan perlu dan mulai populernya riset kualitatif dalam psikologi adalah upaya usah keluar dari krisis yang telah disebutkan di atas.
c. Bagaimana Riset Kealitatif dalam Profesi Pendidikan dan Bimbingan Konseling?
Hakekat realitas yang domain dihadapi dala bidang pendidikan dan bimbingan adalah makhluk hidup(manusia) yang bisa berkembang dengan segala dinamikanya.
Riset Kualitatif terhadap produk ( yaitu hasil-hasil berupa angka tiap komponen) adalah menolong penanggung jawab dan pelaksana program dalam pengetahuan keefektifan (sejauh mana berhasil atau tidak berhasilnya) tiap komponen, secara parsial. Dan peran riset kualitatif dalam hal ini adalah mengenali “apa saja isi kurikulum bimbingan yang belum dilakukan dan siapa yang melakukan yang baru tersebut”. Selain itu juga pertanyaan-pertanyaan yang mengandung “ mengapa pimpinan sekolah tertentu sedemikian aktif dan lainnya tidak aktif dalam bekerja sama memberikan dukungan bagi kelancaran program BK”, atau “ bagaimana berlangsung sehari-hari proses saling mendukung dan saling menghambat antara pelaksanaan komponen satu dengan pelaksanaan komponen lainnya” hanyalah bisa dijawab dengan riset kualitatif.
Lebih-lebih akhir-akir ini, konseling dan psikoterapi bukan hanya sebagai suatu disiplin mandiri(salah satu teknik dari psikoterapi), akan tetapi juga telah berkembang dengan 4 paradigma. R. Rocco Cottone mempublikasikan 4 paradigma itu adalah :
1. Organik medic ( meyakini hakekat realitas adalh kebendaan fisik, berfokus pada studi biologis, kimiawi dan factor fisik internal mempengaruhi tingkah laku)
2. Psikologis ( hakekat realitas adalah kebendaan fisik dan non fisik, focus studi pada factor internal non fisik dan factor eksternakl yang mempengaruhi tingkah laku)
3. Sistematik Relasional(hakekat realitas manusia adalah hubungan, focus studi adalah hubungan yang mempengaruhi tingkah laku)
4. Kontekstual (hakekat realitas adalah perubahan dan proses focus studi pada consensus manusia sebagai proses yang terus menerus menstruktur.
Tiga dari 4 paradigma di atas (2,3 dan 4) didominasi oleh cirri hubungan dan proses yang dinamis, terutama pada paradigma ke 3 dan 4 meyakini dominannya totalitas hubungan yang bersifat sirkuler pada realitas kajiannya. Dan metode untuk memahami realitas tersebut itu tentulah menggunakan riset kualitatif.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar