Sabtu, Desember 12, 2009

empty chair

EMPTY CHAIR
A. KONSEP
Empty chair merupakan salah satu teknik dari terapi gestalt yang dikembangkan oleh tokoh Frederick Fritz Perls. Empty chair merupakan teknik permainan peran di mana konseli memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain dengan menggunakan kursi sebagai medianya.
Empty chair adalah suatu cara untuk mengajak konseli agar menginternalisasikan introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi diletakkan di tengah ruangan. Konselor meminta konseli untuk duduk di salah satu kursi dan berperan sebagai top dog, kemudian pindah ke kursi yang lainnya sebagai under dog. Top dog itu sifatnya sebagai otoriter, menuntut, berlaku sebagai majikan, berkuasa dan otoriter. Sedangkan peran under dog sendiri adalah sebagai korban, defensive, tak berdaya, lemah dan tak berkuasa.

B. ASUMSI DASAR
Empty chair ini mempunyai asuumsi dasar :
1. individu itu dapat mengatasi masalahnya sendiri dan memiliki kesanggupan untuk memikul tanggung jawab pribadi.
2. kesadaran dan totalitas adalah bagian penting dari diri, agar ia mengetahui keseimbangannya kemudian mencari dan menemukan apa yang diperlukan untuk memenuhi totalitas tersebut, individu harus menyadari dirinya sendiri

C. TUJUAN
Tujuan utama dari empty chair ini adalah untuk menyelesaikan konflik yang ada pada pribadi inidividu yang menggangggu totalitas kepribadiannya. Di samping itu ada tujuan lain dari teknik ini, diantaranya :
1. supaya terjadi katarsis dalam diri konseli
2. mengungkapkan perasaan yang terpendam
3. memperlancar komunikasi
4. membantu konseli mencapai kesadaran yang lebih penuh dan menginternalisasi konflik yang ada pada dirinya.
5. mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas aspek yang coba dibuang atau diingkari

D. KARAKTERISTIK
Empty chair sebagai salah satu teknik dari pendekatan Gestalt ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1. orientasi pada afektif dan tindakan
2. menekankan pada kesadaran disini dan sekarang
3. penekanan proses daripada isi
4. menuntut keaktifan konseli dalam mengekspresikan perasaannya
5. fokus pada permainan dialog konseli yang menggambarkan dirinya dan tuntutan dari orang lain yang penting dalam hidupnya
6. pemusatan pada tanggung jawab konseli

E. RELEVANSI
Teknik ini relevan digunakan pada unfinished bussines di masa lalunya. Teknik ini juga sesuai untuk mengatasi hubungan social dalam lingkungan dari individu, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah atau dalam lingkungan masyarakat, yang mencakup juga perasaan perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, marah, benci, sakit hati, rasa berdosa, rasa terabaikan dan sebagainya.

F. PRINSIP DASAR
1. mengutamakan permaianan dialog yang diperankan oleh konseli sendiri
2. memerlukan kecakapan konselor sebagai frustator
3. mengungkap konflik antara top dog dan under dog
4. mensyaratkan konsentrasi




G. MANFAAT
Beberapa manfaat yang diperoleh dalam penggunaan Empthy chair ini adalah
1. membantu konseli agar mengerti perasaan dari sisi dirinya yang mungkin diingkari
2. untuk memahami unfinished bussines yang selama ini membebani dan menghambat kehidupan konseli secara sehat
3. menyelesaikan introyeksi yang tertunda
4. membantu konseli mengungkapkan perasaan-perasaan yang bertentangan dengan dirinya secara penuh

H. KENDALA
Beberapa kendala yang bisa menghambat proses penggunaan Empthy chair ini diantaranya :
1. konseli kurang mampu melibatkan emosinya saat konseling
2. konseli tidak jujur mengungkapkan perasaannya
3. lemahnya konsentrasi
4. minimnya kemampuan konselor yang berperan sebagai frustator

I. PROSEDUR APLIKASI
1. konseli diminta untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri konseli
2. konselor memberitahukan bagaimana aturan main dalam Empthy chair ini
3. konseli diminta agar ia benar benar bisa berperan sebagai top dog dan under dog
4. Jika konseli mengalami kesulitan dalam memainkan peran, maka konselor harus membantu koseli untuk menemukan perannya kembali
5. setelah permaianan peran berhasil dilaksanakan, konseli diminta untuk mendiagnosis perasaan perasaan yang dialaminya
6. mengevaluasi seberapa efektif akan keberhasilan dalam pengungkapan perasaan konseli.

Tidak ada komentar: